Jun 18, 2010

Manusia Pembelajar Karakteristik Orang Mukmin

Manusia Pembelajar Karakteristik Orang Mukmin

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS Al Israa' : 36)


Penciptaan manusia yang sempurna


Manusia diciptakan Allah SWT dari intisari tanah menjadi nutfah (air mani). Nutfah itu berubah menjadi 'alaqah (segumpal darah). Kemudian segumpal darah itu menjadi mudhghah (segumpal daging kasar). Lalu segumpal daging itu menjadi 'idzama (tulang belulang). Selanjutnya tulang belulang itu dibungkus dengan lahma (daging halus). Lalu menjelmalah dia menjadi bentuk manusia yang berbeda (khalqan akhar) dari rangkaian proses itu.


bayi"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS Al Mu'minun : 12-14).


Itulah fase pembentukan jasmani manusia. Manusia memiliki unsur lahiriyah yaiut unsur jasad dengan segala perangkatnya. Selain unsur jasmani, manusia juga diciptakan dengan unsur ruh. Ia ditiupkan ketika calon manusia berumur 120 hari dalam kandungan.


Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kalian disempurnakan penciptaannya dalam perut ibu kalian selama 40 hari berupa nuthfah, kemudian 40 hari berupa 'alaqah dan 40 hari lagi berupa mudhghah. kemudian diutus malaikat untuk meniupkan ruh di dalamnta ... " (HR Bukhari dan Muslim).


Setelah itu Allah SWT membekali manusia dengan fitrah untuk mengakui dan mengimani keberadaan Allah SWT.


"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." ..." (QS Al A'raf : 172)


Kini siaplah calon manusia untuk dilahirkan di dunia. Kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari, lahirlah anak manusia setelah melalui proses yang berliku-liku. Saat lahir, Allah SWT membekalinya dengan indra pendengaran, penglihatan, dan hati.


"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS An Nahl : 78)


Sempurnaah sudah unsur pembentuk manusia yaitu jasmani, ruh, fitrah, dan indra. Bekal selengkap itu tidak dimiliki oleh makhluq selain manusia, bahkan jin dan malaikat sekalipun.


"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya ." (QS At Tiin : 4)


Oleh karena itulah manusia mendapat tugas berat dari Allah SWT, menjadi khalifah (wakil Allah SWT) di bumi. Tugas itu tidak diberikan kepada makhluq lain.


Manusia harus menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohaninya, yang merupakan unsur pembentuk dirinya. Manusia harus memenuhi tuntutan fitrah berupa pengakuana dan kebutuhan kepada Rabb semesta alam.


Ilmu adalah eksistensi


Pendengaran, penglihatan dan hati merupakan unsur yang menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dan ruhani sekaligus menyeimbangkan akeduanya dengan tuntutan fitrahnya. Namun indra ini memerlukan bekal vital untuk memberikan kontribusi yang seimbang bagi jasmani, ruhani dan fitrah manusia yakni ilmu.


"Barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia, harus dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat, harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia dan akhirat, haris dengan ilmu juga" (Al Hadits)



Dan bukankah ilmulah yang membuat manusia eksis?



Tanpa ilmu mustahil manusia akan mampu mengemban tugasnya sebagai khalifatullah fil ardh.


Sabda nabi SAW, "Tidak harmonisnya persoalan-persoalan ini pertanda hancurnya dunia. Dan makhluq tidak dibiarkan hancur, sebab setelah Nabi Muhammad tidak ada tidak ada nabi lagi. Maka untuk merawatnya diperlukan ilmu pengetahuan." (Bukhari)


Hancurnya alam semesta -sebagai bukti manusia tak mampu mengemban tugas sebagai khalifah- terjadi bila ilmu sudah dicabut dari manusia.


Rasulullah SAW bersabda, "Diantara syarat datangnya kiamat adalah diangkatnya ilmu dan dimantapkannya kebodohan." (Bukhari)


Ilmu merupakan bekal yang sangat penting bagi manusia. Ilmu akan mengarahkan indra manusia untuk melakukan pekerjaan yang mampu memberikan keseimbangan bagi jasmani, ruhani dan fitrah dirinya.


Mu'adz bin Jabal r.a berkata, "Belajarlah olehmu ilmu pengetahuan! Sebab, mempelajarinya karena khas-yah (takut kepada Allah) merupakan ibadah, mempelajarinya berarti tasbih, membahasnya berarti Jihad, mengajarkannya berarti shadaqoh, dan mencurahkan kepada ahlinya berarti qurban (mendekatkan diri kepada Allah). Ilmu adalah teman dalam kesendirian, dalil bagi agama dan penolong dalam suka dan duka. Ia adalah sahabat karib di kala sepi, teman yang paling baik dan paling dekat serta cahaya jalan menuju surga. Dengan ilmu Allah akan mengangkat martabat umat, lalu dijadikanNya mereka pemimpin dalam kebaikan."


Orang-orang beriman adalah manusia pembelajar


bukuMenuntut ilmu adalah "jiwa" bagi mukminin baik lelaki atau perempuan.


Rasulullah SAW telah bersabda, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi muslim baik lelaki maupun wanita." (Al Hadits)


Salah satu pesan Rasulullah SAW ketika belia melakukan haji wada' adalah, "Rebutlah ilmui sebelum ia dicabut atau sebelum ia diangkat!"


Rasulullah SAW telah berpesan, "Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga sampai liang lahat" (Al Hadits)


Seorang bertanya pada Ibnul Mubarak, "Sampai kapan kamu menuntut ilmu?" Jawab beliau, "Sampai mati, Insya Allah!".


Abu Amr Bin Al Ala ditanya, "Sampai kapan seseorang baik untuk belajar?" Jawab beliau, "Selama hidupnya!"


Ilmu hanya bisa diperoleh dengan belajar (menuntut ilmu). Islam telah menjadikan belajar merupakan tradisi seumur hidup Kaum Muslimin. Jadi manusia pembelajar adalah karakteristik orang beriman. Inilah tradisi sepanjang hayat orang-orang yang beriman.


Yang lebih utama dilakukan seorang Muslim memang ... belajar, belajar, dan belajar! Mengenai hasilnya, yaitu kepandaian dan keahlian ... itu adalah salah satu akibat saja dari jiwa belajar tersebut. Akibat yang lain ... menjadi lebih bijak, tidak mudah memvonis dsb.


Rasulullah SAW senantiasa berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memberantas kebodohan dan menanamkan tradisi belajar kepada sahabat-sahabatnya. Ketika pertempuran Badar telah usai dan dimenangkan Kaum Muslimin, maka sebanyak 70 orang kafir Quraisy yang tertawan bisa menebus pembebasan dirinya dengan mengajarkan baca tulis kepada 10 Muslim. Salah satu hasil dari program ini adalah Zaid bin Tsabit yang semula buta huruf, kenudian menjadi mahir baca tulis. Malahan kemudian menjadi salah seorang penulis wahyu bagi Rasulullah SAW. Begitulah Rasul SAW menghargai ilmu, senilai dengan jiwa/nyawa. Dan bukankah ilmulah yang membuat manusia eksis?


Ketika rasulullah SAW hendak mengutus Zaid bin Tsabit untuk berdakwah kepada orang Yahudi maka beliau memerintahkan Zaid untuk mempelajari bahasa Suryani. Hanya dalam kurun waktu kurang dari setengah bulan Zaid telah mampu menguasai bahasa Suryani, sehingga dia bisa menyertai kaum Yahudi dengan bahasa mereka dan membacakan kitab-kitab mereka. Itulah kegigihan belajar sahabat.


Maka hendaknya kaum muslimin menjadikan kegiatan belajar-mengajar sebagai jati dirinya, menjadi manusia pembelajar.


Umar bin Khathab r.a berpesan, "Wahai manusia! Wajib bagi kalian menuntut ilmu. Sesungguhnya Allah memiliki selendang kemuliaan. Barang siapa mencari satu bab dari ilmu, niscaya Allah akan membalutnya dengan selendang kebesaranNya."


Tidak pantas orang beriman berpuas diri dengan ilmu yang sedikit, karena dengan demikian ia tidak mampu memberikan kemslahatan yang banyak baik bagi dirinya sendiri apalagi untuk orang lain! Tuntutlah dan tekunilah ilmu pengetahuan di kolong langit manapun! Karena dimanapun kita Allah SWT Insya Allah akan membersamai kita!


Belajarlah dengan gigih, berapapun warna rambut kita, agar umat Islam ini tiadak lagi hanya menjadi korban, konsumen, dan obyek, tetapi bangkit menjadi pionir, inovator, kreator, dan penguasa kehidupan dunia yang bermartabat mulia menghamba kepadaNya saja!


Wallahu a'alamu bish-shawab

sumber : wa Islama (edisi 38/XX)

Share This

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah memberikan komentar! :)

Tentang Kami

www.Rafeyu.info lebih banyak membahas tentang dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi. Baca lebih banyak


Didukung:

Komentar Terakhir

Seputar Linux

Distributed By Free Blogger Templates | Designed By Seo Blogger Templates