Jun 30, 2011

Katakan Tidak pada Murid !

Katakan Tidak pada Murid !

murid meja kursi

Ulasan menarik dari seorang ustadz mengenai istilah 'murid' itu sendiri (lepas dari mengritik Kamus Besar Bahasa Indonesia -KBBI). Mungkinkah kita selama ini memang salah dengan memberikan kata 'murid' kepada diri kita dari sekolah sampai sekarang?

Dalam KBBI, 'murid' adalah orang (anak) yg sedang berguru (belajar, bersekolah). Sebagai seorang 'murid' kita dituntut untuk bisa, pintar, bahkan cerdas. Dilarang bolos! Dilarang ngeyel! Dilarang tidak nurut sekolah! Pokoknya harus patuh! Heh?

Sebaliknya, dalam bahasa Arab "murid" berarti orang yang menghendaki (untuk melakukan sesuatu) alias menuruti hawa nafsu sendiri, tidak boleh ada yang mengaturnya, tidak boleh ada memerintahnya bahkan perintah untuk baik sekalipun.

".. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. .. " (An Nisa 135)

Perintah sudah jelas, larangan kepada kita sebagai seorang muslim untuk tidak mengikuti hawa nafsu demi kesenangan semata.

Lawan kata dari 'murid' adalah 'murad' yang berarti orang yang dikehendaki (untuk baik). Yang dimaksud disni adalah orang yang mau diperintah dan mau tunduk kepada aturan yang memang baik dan syar'i. Baik yang mutlak, bukan baik yang relatif.

Bagi setiap orang 'baik' itu relatif, sedangkan baik yang syar'i tentu baik bagi semua orang alias baik mutlak.

Secara umum dapat saya contohkan perbedaan antara 'murad' dan 'murid' dengan ibadah puasa. Saat berpuasa, kita menghendaki makan dan minum untuk menghilangkan lapar dan haus, tetapi kita dikehendaki untuk menahan keinginan untuk makan dan minum. Kita menghendaki untuk mengumbar mata (pandangan) kemana-kemana, tetapi kita dikehendaki Allah untuk menahan pandangan dari hal-hal yang belum halal.

Sebagai 'Murid', dia diajar untuk menjadi jahil . Tidak taat. Seenaknya sendiri. Dia tidak mendapat keuntungan dunia dan juga tidak mendapat keuntungan akhirat.

Terdapat kisah seorang pemuda yang ingin masuk Islam dan berniat untuk menemui Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. Di tengah perjalanannya dia dihentikan oleh Abu Sufyan (saat masih kafir), dia akan menghadiahkan unta kepada pemuda itu dengan syarat pemuda itu harus kembali kerumahnya (tidak menemui Rasulullah). Unta pun dipilihnya, saat perjalan pulang ke rumahnya ia mengalami kecelakaan, tulang lehernya patah, dan seketika dia pun meninggal. naudzubillah .. Betapa jahilnya pemuda itu, demi mendapatkan harta dunia, ia mengorbankan keuntungan akhirat, tetapi di akhir hayatnya justru tidak mendapatkan kedua-duanya.

Ber-silaturahim sekedarnya saja dengan orang-orang seperti itu tapi jangan larut dan melebur.

.. Musa berkata "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil." (Al Baqarah 67)

".. sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil." (Al An'am 35)

Sebagai seorang 'Murad', dia diatur oleh ketaatan pada Allah (Al Qur'an, sunnah), aqidah-ibadah-muamalah yang benar akan mendominasi setiap perilakunya, dan segala yang didasari atas ketaatan pada Allah akan menjadikannya cerdas.

Bagi orang yang cerdas dia akan selalu melakukan sesuatu yang berorientasi akhirat. Segala bentuk kejadian di dunia ini justru menambah keimanannya, mulai dari daun yang sudah layu kemudian jatuh ke tanah, semut yang beriring-iringan mencari makanan, lebah yang mencari madu, menyadarkannya bahwa Allah yang berkehendak dan Maha Mengetahui hal-hal tersebut. Jika dia renungkan terus kejadian tersebut maka sikap muraqabah -merasa selalu di awasi Allah- akan muncul di hatinya. Saat sholat, ihsan 'menggerogoti' hatinya.

Maka, bersediakah kita menjadi seorang Murad?
Share This

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah memberikan komentar! :)

Tentang Kami

www.Rafeyu.info lebih banyak membahas tentang dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi. Baca lebih banyak


Didukung:

Komentar Terakhir

Seputar Linux

Distributed By Free Blogger Templates | Designed By Seo Blogger Templates